SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI ADI WAHYU WICAKSONO,BACA,PAHAMI,DAN TEMUKAN MANFAATNYA..

Sabtu, 18 Juni 2011

TRAGEDI HARI SABTU PAHING

Tragedi Hari Sabtu Pahing (Legenda Rakyat Banyumas)
Bermula dari Keinginan Sultan Pajang, Sultan Hadiwijaya untuk mencari selir bagi dirinya, Beliau memerintahkan kepada Patihnya untuk memberikan pengumuman kepada seluruh Adipati di wilayah Kesultanan Pajang untuk menyerahkan salah seorang puterinya kepada Sultan untuk dijadikan garwa selir.
Tibalah saatnya bagi Patih untuk memberikan Pengumuman kepada seluruh Adipati. Sampailah dia di Kadipaten Wirasaba dan memberikan pengumuman seperti yang telah diperintahkan oleh Sultan Hadiwijaya.Sebagai seorang Abdi Negara Adipati Wirasaba pun mematuhi perintah dari atasanya. Kemudian Beliau menyerahkan Puterinya untuk dijadikan garwa selir di Kesultanan Pajang. Tetapi Puteri yang diserahkanya ini ternyata pernah menikah dengan anak Laki-laki Demang Toyareka, tetapi mereka sudah lama bercerai.
Mendengar Mantan Isterinya dijadikan garwa selir oleh Sultan Pajang, Demang Toyareka bersama anaknya melapor ke Sulta Pajang bahwa Puteri yang dijadikan gerwa selir tersebut adalah Istrinya. Mendengar kabar tersebut marahlah Sultan Pajang. Kemudian beliau memerintahkan kepada salah satu Prajuritnya utuk menangkap dan membunuh Adipati Wirasaba yang sedang dalam perjalanan pulang, karena dianggap telah berdusta pada Sultan.
Mendengar kabar tersebut Sultan lalu menanyakan siapa sebenarnya Puteri tersebut. Kemudian Sang Puteri mengaku bahwa ia pernah menikah dengan Putera Demang Toyareka tapi sudah lama dicerai dan tidak pernah ada hubungan badan di antara mereka sewaktu masih menjadi suami isteri.
Kanjeng Sultan pun menyesal akan keputusanya untuk membunuh Adipati Wirasaba, kemudian Beliau memeerintahkan Prajuritnya untuk mencegat Rekanya yang tadi diperintahkan untuk membunuh Adipati Wirasaba untuk membatalkan keputusan Sultan.
Saat sedang beristirahat makan di perjalanan, Adipati Wirasaba kemudian ditemui oleh Prajurit Pajang tadi, tidak lama utusan Sultan yang tadi diperintah untuk membatalkan pembunuhan langsung memberikan isyarat agar Adipati jangan dibunuh. Tapi karena salah persepsi Prajurit itu langsung menusuk kerisnya ke lambung dipati Wirasaba, dan tewaslah Sang Adipati. Lalau kedua prajurit itu pun saling menyalahkan akan kelalaian mereka.
Sebelum sampai pada ajalnya, Sang Adipati memberikan wasiat terakhir kepada keturunanya untuk tidak makan daging angsa, tidak membangun rumah balai malang, jangan pernah naik kuda dhawuk, dan jangan bepergian pada hari Sabtu Pahing, karena semua hal itulah yang menjadi penyebab kematian Sang Adipati.

0 komentar:

Posting Komentar